Jumat, 09 November 2012

Teori Sosiologi Klasik


Teori Sosiologi Klasik   


Teori Sosiologi Klasik
(William Garaham Sumner, Pitirim Sorokin, Herbert Spencer)
Dosen Pengampu: Drs. Th. A. Gutama, M.Si
Disusun oleh:
Nama         : Magenta Romadhani Rosmaya
Jurusan      : Sosiologi 2011
NIM           : D0311042
PROGRAM STUDI S1 SOSIOOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
A. William Graham Sumner
1. Teori William Graham Sumner
a. Masyarakat adalah Kerja Sama Antagonis
Dalam teori ini Sumner mengatakan bahwa dalam sosiologi bukan hanya pikiran manusia yang dimasyarakatkan melainkan kelakuan lahiriahnyapun begitu. Dalam teorinya ini, dia mengambil konsep “manusia” sebagai badan dan jiwa atau pikiran yang berbadan. Dalam hal ini manusia diartikan sebagai badan yang memiliki nafsu yang pada akhirnya menjadikannya egois karena lebih mementingkan kebutuhannya sendiri dibandingkan orang lain. Namun, kehidupan sosial membuat manusia itu mulai mengontrol dan mengolah keegoisannya.
Tiap manusia memiliki lapisan bawah sadar yang terdiri dari naluri dan dorongan biologis yang berbeda-beda.  Hal inipun yang membuat manusia memiliki pemikiran yang berbeda. Bahkan sering terjadi konflik dari perbedaan ini. Beda pemikiran menimbukan masalah bagi individu dalam bagaimana cara hidup dengan suatu masyarakat. Dalam kehidupan akan tercipta pemasyarakatan yang timbul dari kebiasaan yang dibentuk bersama. Karena kebiasaan yang mengatur itu merupakan bentukan dari kesepakatan masyarakat itu, maka individu akan berusaha untuk mematuhi dan mengikuti kebiasaan yang telah disepakati tersebut. Dengan hal ini manusia memenuhi hastarnya untuk hidup tentram, damai, terhindar dari kesusahan, dan menjauhi siksaan dalam masyarakat. Oleh karena itu dalam bermasyarakat, individu mencoba untuk mematuhi aturan agar dirinya tidak terlibat permasalahan.
Dalam bermasyarakat, individu melakukan proses penyesuaian diri yang akhirnya dari kebiasaan akan muncul pola perilaku dalam masyarakat. Pola tersebut merupakan suatu gabungan dari egoisme dan alturuisme yang telah mendapat dukungan dari mayoritas masyarakat yang ada dalam wilayahnya. Ini berguna untuk meredam konflik. Dalam kesepakatan ini akan terbentuk suatu hukum yang mengikat di mana pelanggarnya akan terkena sanksi.
Karena manusia bersifat dinamis, maka kesepakatan yang tercipta sebagai hukum tadi dapat berubah-ubah. Maksudnya adalah manusia mengoreksi hukum yang telah mereka sepakati. Jika sekiranya seiring berkembangnya manusia ternyata hukum itu sudah tidak dapat digunakan atau harus mendapat penambahan, masyarakat dapat mengubahnya lagi dengan kesepakatan bersama. Namun sesudah terjadinya perubahan, hukum itu akan diberlakukan lagi dalam masyarakat.
Menurut Sumner manusia bekerja dengan pihak yang bertentangan atau yang sering disebut antagonistic cooperation dikarenakan mereka memiliki kepentingan masing-masing. Mereka berusaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan untuk bertahan hidup walaupun kerjasamanya tetap merupakan kerjasama antagonis.
Contohnya adalah berabad-abad yang lalu di Barat terjadi pertentangan antara kaum modal dan pekerja. Kaum modal bersikeras untuk memberikan upah rendah ke buruh agar tidak mengalami kerugian. Sedangkan kaum buruh tetap menuntut upah yang layak baginya. Konflik ini membuat terjadinya kerusakan dan kerugian yang besar karena banyak alat produksi di rusak. Namun lama kelamaan mereka lelah dan akhirnya melakukan perundingan. Setelah terjadi kesepakatan, pihak pemberi modal dan buruh kembali lagi bekerja sama walau bentuk kerjasamannya merupakan kerja sama antagonis. Mengapa mereka tetap bekerja sama? Ya karena mereka memiliki kepentingan masing-masing. Kaum pemilik modal membutuhkan buruh untuk mengurusi produksi, sedangkan kaum buruh memerlukan pekerjaan untuk menghasilkan uang yang pada akhirnya digunakan untuk bertahan hidup. Namun dalam hal ini mereka tetap terikat dalam peraturan yang telah disepakati. Jadi bagi pelanggarnya akan tetap dikenai sanksi.
b. Kelompok Dalam (In Group) dan Kelompok Luar (Out Group)
In group biasa disebut dengan we group atau kelompok dalam merupakan kelompok di mana individunya sangat membanggakan kelompoknya sendiri. Dia merasa bangga dan merasa folkways mereka yang paling sempurna. Kelompok dalam selalu menganggap orang atau kelompok luar itu buruk. Sehingga out group atau yang sering disebut dengan they group merupakan kelompok yang tertindas.
Kelompok dalam membuat munculnya ethnosentrisme di mana setiap individunya hanya bangga dengan kelompoknya sendiri. Bahkan parahnya, mereka menganggap kelompok luar sebagai musuh. Sehingga sering terjadi perselisihan. Bagi kelompok dalam, berseteru dengan kelompok luar adalah hal yang baik. Mengapa demikian? Karena bagi mereka menyerang musuh akan menambah kesolidan dalam kelompoknya. Dengan adanya penyerangan, kelompok dalam akan saling berkorban untuk melindungi kelompoknya satu sama lain yang akan menumbuhkan persaudaraan yang erat di dalam.
2. Kritik dan Relevansi dengan Kehidupan Sekarang
a. Masyarakat adalah Kerja Sama Antagonis
Kritik untuk teori ini mungkin tidak banyak. Karena menurut saya memang itulah naluri yang dimiliki manusia dari Tuhan Sang Pencipta bahwa manusia adalah makhluk yang egios dan mengutamakan kepentingan sendiri. Namun perlu diingat juga bahwa manusia adalah makhluk sosial yang memiliki naluri untuk berkumpul dengan manusia yang lain. Jika kita memahami teori ini, yang bisa saya tangkap Sumner menekankan bahwa kerjasama atau kebersamaan yang terjadi dalam masyarakat hanya karena kepentingan masing-masing dan tidak menyertakan hati di situ. Jadi setelah kebutuhan itu terpenuhi, individu akan lepas dari situ.
Menurut saya, bagaimanapun manusia memiliki naluri untuk bersama. Memiliki jiwa sosial yang tidak memerlukan balasan apapun dalam hal tertentu. Tidak semua yang dilakukan individu semata-mata egoisme untuk memenuhi kepentingan pribadinya.
Relefansi teori kerjasama antagonis ini dalam kehidupan sekarang menurut saya masih terjadi. Seperti contoh yang dipaparkan di atas di mana kaum buruh dan pemilik modal yang berseteru dan pada akhirnya mereka tetap melakukan kerjasama untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing. Pada kenyataannya di Indonesia pun itu masih berjalan. Di mana kaum buruh dan pemilik modal terikat juga dengan undang-undang yang berlaku dalam melakukan kerjasama ini. Selain itu kenyataan lain yang terjadi adalah tugas kelompok yang ternyata di dalam kelompok tersebut ada dua orang yang sedang bertikai atau tidak akur. Namanya tugas kelompok pasti harus dilakukan bersama. Demi memenuhi tugas dosen dan demi nilai, mereka berunding dan memenuhi kesepakatan sehingga tugas dapat dilakukan dengan baik. Mungkin itu merupakan contoh sederhana. Namun menurut saya, teori milik Sumner tentang kerjasama antagonis memang masih terasa hingga saat ini di Indonesia walau mungkin dalam kenyataan penegakan hukumnya masih kurang.
b. Kelompok Dalam (In Group) dan Kelompok Luar (Out Group)
Untuk teori yang ini, bagi saya ada sedikit kritikan. Karena memang pada dasarnya manusia lebih membanggakan kelompoknya sendiri daripada kelompok lain. Namun bukan berarti itu menjadi alasan untuk menjadikan sebuah pertengkaran itu baik. Bagi saya, toleransi dan saling menghargai dari tiap-tiap kelompok itu perlu. Perbedaan itu pasti ada. Dan perbedaan itu wajar-wajar saja. Dalam kehidupan pasti aka nada banyak kelompok-kelompok. Jika mereka tidak saling mengalah dan memahami, yang ada hanyalah pertikaian yang terjadi setiap hari.
Relefansi dengan keadaan yang ada saat ini bagi saya kurang tepat. Karena menurut saya, saat ini manusia sudah berkembang semakin pesat. Mereka mulai mengenal menghargai dan memahami. Di Indonesia saat ini sangat banyak kelompok-kelompok. Misalnya saja kelompok musik pop dengan kelompok musik dangdut. Walau mereka saling membanggakan aliran musik masing-masing, namun mereka masih memiliki toleransi agar tidak terjadi pertikaian. Namun, masih ada juga kelompok in group dan out group yang menimbulkan pertikaian seperti ormas-ormas radikal.
B. Pitirim Sorokin
1. Teori Pitirim Sorokin
Teori Integralistik Budaya Puncak Perkembangan Intelektual Manusia
Dalam teori ini Sorokin memperkenalkan teori siklus. Dia menilai gerak sejarah dengan gaya, irama, dan corak ragam yang kaya itu dipermudah, dipersingkat dan disederhanakan sehingga terjadilah teori siklus. Baginya, gerak sejarah menunjukkan naik turun, pasang surut, dan timbul tenggelam.
Jika kita melihat teori August Comte tentang hukum tiga tahap, Sorokin juga mencetuskan hukum tiga tahap versinya sendiri. Jika August Comte memiliki hukum tiga tahap yang bersifat linier dan tidak mungkin kembali, Sorokin memiliki hukum tiga tahap yang bersifat siklus dan akan ada saatnya sebuah situasi itu kembali.
Sorokin membagi kebudayaan menjadi 3 mentalitas budaya yaitu:
a.       Kebudayaan Ideational.
Dalam kebudayaan ini yang menjadi dasar pemikiran adalah kenyataan yang bersifat nonmaterial, transenden dan tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam konsep ini dunia dianggap sebagai ilusi, bersifat sementara, dan merupakan aspek kenyataan yang tidak nyata dan tidak sempurna. Kenyataan perupakan kepercayaan terhadap Tuhan dan nirwana. Inti dari kebudayaan ini ada kepercayaan terhadap Tuhan dan agama. Sistem ini terbagi menjadi dua yaitu ideasional asketik dan ideasional aktif. Ideasional asketik adalah mengurangi kebutuhan dunia agar mudah diserap dengan dunia transenden. Maksudnya adalah manusia tidak terlalu memikirkan masalah keduniawaiannya dan lebih fokus pada dunia transenden atau bisa dibilang lebih fokus dengan Tuhannya. Sedangkan ideasional aktif merupakan pengubahan segala kebutuhan duniawinya agar selaras dengan dunia transenden.
b.      Kebudayaan Sensate.
Kebudayaan ini mengatakan bahwa dasar pemikirannya adalah dunia materil yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia. Kebudayaan ini menyangkal adanya dunia transenden dan hanya terfokus pada hal-hal yang bersifat keduniawian. Mentalitas ini dibagi menjadi tiga yaitu inderawi aktif, inderawi pasif, dan inderawi sinis.
Inderawi aktif merupakan usaha aktif untuk mengubah dunia fisik guna memenuhi kepuasan dan kesenangan semata. Contohnya adalah berkembangnya teknologi. Inderawi pasif merupakan cara untuk menikmati kesenangan duniawi tanpa memperhatikan tujuan jangka panjangnya. Dan yang terakhir adalah inderawi sini yang merupakan pengerjaan tujuan duniawi dibenarkan oleh rasionalitas idealistik.
c.       Kebudayaan Campuran.
Kebudayaan campuran merupakan perpaduan antara kebudayaan ideational dengan kebudayaan sensate. Yang ditekankan di sini adalah kompromi. Kebudayaan campuran dibagi menjadi dua jenis yaitu kebudayaan idealistis dan kebudayaan ideasional tiruan. Kebudayaan idealistis merupakan perbaduan kebudayaan ideational dan kebudayaan sensate yang logis dan saling berhubungan. Sedangkan kebudayaan ideasional tiruan merupakan perpaduan kebudayaan ideational dan kebudayaan sensate yang saling berlawanan dan tidak terintegrasi secara sistematis namun tetap hidup berdampingan.
Sorokin berpendapat bahwa ketiga tipe diatas dapat berulang dalam bentuk siklus. Dengan kata lain, periode ideasional diikuti oleh suatu bentuk campuran yang diikuti oleh satu periode ideasional baru dan seterusnya. Ini terjadi berulang-ulang sehingga membentuk siklus.
2. Kritik dan Relefansi dengan Keadaan Saat Ini
Relefansi dengan keadaan saat ini menurut saya memang mulai terasa bahwa manusia memiliki kebudayaan yang hanya bersifat material yang terlihat mata saja. Namun ada kalanya memang berubah. Saya cukup sepakat dengan teori yang Sorokin paparkan dan menurut saya itu juga terjadi saat ini.
C. Herbert Spencer
1. Teori Herbert Spencer
Teori Evolusi
Teori evolusi masyarakat milik Spencer merupakan sebagian kecil dari teori evolusi seluruh jagat raya. Teori evolusi ini merupakan teori yang membahas tentang perubahan kecil yang terjadi secara perlahan dan komulatif yang terjadi secara alamiah dan terjadi dalam waktu yang relatif lama. Sedangkan teori evolusi masyarakat itu sendiri memiliki arti sebagai perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang disebabkan oleh usaha manusia untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Jika kita melihat kebelakang sejenak tentang August Comte yang memperkenalkan hukum tiga tahap dalam kehidupan manusia yaitu tahap teologi, metafisik, dan positivisme. Dalam paparannya tersebut, Comte mengatakan bahwa masyarakat mempunyai kedudukan yang dominan terhadap pribadi.
Namun Spencer mengatakan lain. Dia mengatakan bahwa pribadi manusaialah yang memiliki andil besar terhadap struktur masyarakat. Dia mengatakan bahwa pribadi merupakan dasar dari struktur sosial. Struktur sosial dibentuk untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu banyak ahli yang beranggapan bahwa Spancer memiliki sifat yang individualistik. Spencer mengkaji teori evolusi modern secara mendalam. Sehingga pada akhirnya dia menemukan teori organik karena Spencer menyatakan bahwa masyarakat itu bersifat organik. Dia juga menambahkan bahwa perubahan alamiah dari dalam diri akan mempengaruhi struktur yang ada di dalam masyarakat.
Ia mengajarkan bahwa pada dasarnya materi mempunyai struktur serba sama tanpa perbedaan. Materi sederhana itu terbentuk dari sejumlah partikel di mana pada akhirnya saat ada dalam keadaan terkuasai oleh daya gerak dari dalam maka mereka akan menggabung menjadi satu kesatuan. Begitu juga masyarakat. Menurut Spencer, dalam masyarakat terdapat proses. Berawal dari individu menjadi keluarga, keluarga menjadi kelompok, kelompok menjadi desa, desa menjadi kota, kota menjadi Negara, dan Negara menajadi PBB.
Baginya evolusi adalah penyatuan dan pengitegrasian materi ke dalam kesatuan yang lebih besar dan rumit strukturnya. Evolusi berjalan dari arah yang serba sama ke arah yang serba berbeda. Jika ada proses pengitegrasian maka ada pula proses disintegrasi yang akan membuat struktur yang telah dibangun tadi runtuh.
Spencer mengatakan bahwa masyarakat merupakan organisme yang berdiri sendiri dan berevolusi sendiri selepas dari kemauan dan tanggung jawab anggotanya di bawah kuasa satu hukum sebagai pengaturnya. Dalam badan manusia, fungsi penyelarasan dan pemersatuan dilakukan oleh otot urat. Sedangkan dalam badan sosial, fungsi penyelarasan dan pemersatu dilaksanakan oleh sistem pemerintahan. Sama halnya dengan tiap organisme yang menghasilkan bahan kebutuhannya demi pemeliharaannya dan ketahanan badannnya, masyarakat juga mempunyai ekonomi demi kelangsungan dan perkembangannya. Badan masyarakat berevolusi dari keadaan sama di mana semua orang mempunyai fungsi dan kedudukaan yang sama dalam suatu keadaan serba beda, serba rumit dan penuh ragam dalam bentuknya. Sama seperti organisme menjadi terbentuk karena sel-sel homogen bergabung menjadi organ-organ yang berbeda-beda dalam bentuk dan fungsinya, demikian juga orde sosial dibentuk. Hukum evolusi ini yang menuju keadaan serba beda, berlaku bagi setiap makhluk dan setiap benda. Latar belakang dari adanya daya gerak evolusi ini ialah lemahnya semua benda yang serba sama. Oleh karena itu manusia tidak dapat hidup hanya seorang diri saja. Tiap individu didorong dari dalam untuk bergabung dengan individu yang lain karena mereka akan saling melengkapi kekurangan masing-masing.
Empat tahap dalam proses penggabungan materi menurut Spencer adalah sebagai berikut:
  1. Tahap penggandaan atau pertambahan. Baik tiap individu maupun tiap orde sosial selalu terjadi pertumbuhan atau pertambahan. Spencer pernah berkata, “Pertambahan atau pertumbuhan menonjol menjadi ciri utama yang dimiliki oleh kelompok sosial….” Bagi Spencer, penggandaan atau pertambahan itu pasti terjadi. Misalnya desa menjadi kota atau suku bangsa menjadi bangsa.
  2. Tahap kompleksifikasi. Tahap ini merupakan tahap yang terbentuk akibat terjadinya tahap sebelumnya yaitu tahap penggandaan atau pertambahan. Akibat dari proses penggandaan atau pertambahan itu membuat struktur yang terbentuk menjadi rumit. Maka dari itu akan terbentuk sebuah kopleksifikasi. Coba saja bandingkan desa dengan kota. Desa masih sederhana sedangkan kota sudah sangat kompleks.
  3. Tahap differensiasi dan pembagian. Dalam tahap ini, Spencer berpedapat bahwa baik evolusi badan manusia ataupun evolusi sosial menumbuhkan pembagian kerja. Hal ini mengakibatkan terjadinya pelapisan atau stratifikasi sosial. Tiap individu memiliki kelas sosial dan tugas masing-masing. Bisa dikatakan perbedaan profesi termasuk pada tahap ini. Tidak mungkin satu individu bisa melakukan segalanya sendiri. Mereka akan saling melengkapi satu sama lain.
  4. Tahap pengintegrasian. Akibat dari keberagaman yang memungkinkan untuk terjadinya perpecahan, maka menurut Spencer harus dicegah dengan adanya integrasi. Dengan adanya integrasi, masyarakat akan merasakan kekurangannya dan melakukan kerjasama dengan masyarakat lain untuk saling melengkapi. Namun, baginya integrasi terjadi secara alami. Dengan kata lain, manusia tidak usah melakukan usaha apapun untuk mencapai integrasi. Spencer mencontohkan integrasi itu seperti koordinasi anggota badan manusia yang secara alami terjadi. Oleh karena itu Spencer menolak segala intervensi pemerintah dalam bidang-bidang seperti ekonomi, pendidikan, pekerjaan umum, dan lain sebagainya. Baginya, pemerintahan hanya memiliki tugas untuk mengurus dan mengawasi saja.
Spencer membagi masyarakat ke dalam dua kelompok yang berbeda yaitu masyarakata militant dan masyarakat industry. Kedua masyarakat ini saling bertentangan satu sama lain.
Masyarakat militant merupakan masyarakat yang cenderung agresif. Dipimpin oleh seseorang yang memiliki kekuatan dalam bidang peperangan dan pertempuran. Jadi, di dalam masyarakat militant ketakutan terhadap orang mati didasarkan oleh agama sedangkan ketakutan terhadap orang hidup didasarkan pada politik.
Sedangkan masyarakat industry merupakan masyarakat yang bekerja secara produktif dengan cara damai diatas ekspedisi perang. Menurut Spencer, masyarakat industry adalah masyarakat yang sudah mulai mengalami keterbukaan dan mengakui akan keunggulan masyarakat lain sehingga mereka saling membutuhkan satu dengan yang lain. Bukan dengan cara perang untuk memenuhi kebutuhan melainkan dengan cara saling melengkapi kekurangan. Tidak mungkin sekelompok masyarakat dapat memproduksi semua kebutuhan hidupnya. Mereka pasti memerlukan kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya. Namun bukan berarti hal ini tidak menimbulkan persaingan. Tetap ada persaingan dalam kelompok ini. Siapa yang ahli dia akan bertahan dan siapa yang tidak memiliki keahlian dia akan menjadi budak atau buruh. Seiring berjalannya waktu industrialisasi akan menghapuskan peperangan dan kekerasan di muka bumi. Yang ada hanyalah persaingan intelektual dan keterampilan. Namun, dengan munculnya masyarakat industrialisasi maka manusia tidak akan berminat lagi pada agama. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan manusia mulai sibuk untuk melakukan produksi demi pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Perlu disadari bahwa masyarakat industry perupakan pembebasan manusia dari agama dan Negara. Kerjasama antar individu yang dimaksudkan hanya untuk melengkapi kebutuhan dan menutupi kekurangan individu. Oleh karena itu tiap individu memerlukan perkumpulan atau badan kerjasama yang sering disebut dengan masyarakat atau Negara.
2. Kritik dan Relefansi dengan Keadaan Saat Ini
Kritik untuk teori evolusi Spencer. Dalam teori evolusinya, Spencer mengatakan bahwa dia menentang jika pemerintah ikut campur dalam urusan masyarakat terutama urusan ekonomi. Baginya pemerintah hanya sebagai pengawas saja. Namun menurut saya ada baiknya jika pemerintah ikut campur dalam mengolah dan mengambil kebijakan dalam perekonomian masyarakat. Bagaimanapun juga pemerintah adalah masyarakat itu sendiri. Jadi dia juga memiliki hak untuk ikut campur dalam masalah-masalah yang ada.
Relevansi dengan keadaan saat ini. Saya cukup setuju dengan ucapan Spencer yang menyatakan bahwa manusia akan melupakan agamanya jika industrialisasi mulai masuk dalam hidupnya. Hal itu disebabkan dengan adanya industrialisasi, persaingan yang terjadi adalah persaingan intelektual dan keahlian di mana setiap individu harus memilikinya agar mereka berada di posisi atas dan dapat bertahan. Oleh sebab itu mereka berlompa untuk memperkaya keahlian mereka. Mereka tidak memikirkan lahi bahwa pada dasarnya Tuhan telah menggariskan rejeki, jodoh dan kematian padanya. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana cara bertahan hidup dengan jalan satu-satunya yaitu memperkaya ilmu dan keahlian mereka.
Untuk masalah evolusinya sendiri yang dimisalkan denga organ tubuh manusia, menurut saya ya itu yang terjadi saat ini. Memang pada dasarnya kesamaan yang akhirnya bersatu dan menimbulkan perbedaan itulah yang membuat manusia saling membutuhkan satu dengan yang lain. Mereka saling menutupi kekeurangan. Misalnya saja A adalah pabik bahan pangan dan B adalah maubel. Untuk memenuhi kebutuhan dan mempercantik rumahnya, A membeli perabotan di B. Sedangkan untuk bertahan hidup, B membeli bahan makanan pokok ke A. mereka saling melengkapi satu sama lain. Mungkin contoh ini terlalu sederhana. Memang pada dasarnya di masyarakat belum tentu sesimple itu karena dengan  adanya perbedaan ini pula akan menimbulkan  kelas sosial yang bisa saja menjadi konflik.
DAFTAR PUSTAKA
George Ritzer & Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
K.J. Veeger, M.A. 1984. Realitas Sosial. Manad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar